BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu perubahan mekanik terhadap
zat gas, zat cair atau zat padat yang merambat
ke depan dengan kecepatan tertentu sering menimbulkan gelombang
bunyi. Gelombang bunyi ini merupakan vibrasi getaran dari molekul zat dan
saling beradu satu sama lain namun demikian zat tersebut terkoordinasi
menghasilkan gelombang. Gelombang
bunyi dapat menjalar secara transversal atau longitudinal.
Bunyi
berhubungan dengan indra pendengaran yaitu fisiologi telinga. Telinga berfungsi
secara efisien untuk mengubah energi getaran dari gelombang menjadi sinyal
listrik yang dibawa ke otak melalui syaraf. Telinga manusia merupakan detektor
bunyi yang sangat sensitif.
Bising
didefinisikan sebagai bunyi yang kehadirannya tidak dikehendaki dan dianggap
mengganggu pendengaran. Bising dapat berasal dari bunyi atau suara yang
merupakan aktivitas alam seperti bicara, pidato, tertawa dan lain – lain. Bising
juga dapat berasal dari bunyi atau suara buatan manusia seperti bunyi mesin
kendaraan dan mesin – mesin yang ada di pabrik. Untuk menilai bunyi sebagai
bising sangatlah relatif. Misalnya musik di tempat – tempat diskotik, bagi
orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidaklah merasa suatu kebisingan,
tetapi bagi orang – orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik akan
merasa suatu kebisingan yang mengganggu.
B.Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang,maka rumusan makalah ini adalah :
1.
Apa itu bunyi?
2.
Bagaimana sifat
dan kecepatan gelombang bunyi?
3.
Bagaimana
intensitas bunyi?
4.
Bagaimana
penerapan gelombang bunyi dalam bidang kesehatan?
5.
Bagaimana
pengaruh dan pencegahan dari kebisingan?
6.
Bagaimana
pembentukan suara?
7.
Bagaimana
vibrasi itu
C.Batasan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan rumusan masalah,maka dalam penulisan makalah ini hal-hal yang
dibahas adalah mengenai pengertian bunyi,sifat dan kecepatan gelombang bunyi,penerapan gelombang bunyi dalam bidang
kesehatan dan bagaimana pengaruh dan pencegahan dari kebisingan,maupun bagaimana
mekanisme pembentukan suara dan mengetahui apa yang dimaksud dengan vibrasi
itu.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Membantu
mahasiswa memahami tentang bioakustik dan aplikasinya dalam keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian bunyi dan
gelombang bunyi
b. Memahami sifat dan kecepatan
gelombang bunyi
c. Memahami intensitas bunyi
d. Mengetahui penerapan gelombang
bunyi
e. Mengetahui pengaruh dan pencegahan dari
bising
f. Mengetahui bagaimana
mekanisme pembentukan suara
g. Mengetahui apa yang
dimaksud dengan vibrasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bunyi
Bunyi
merupakan getaran yang menimbulkan gelombang longitudinal yang merambat melalui
medium perambatannya (zat cair, zat padat, dan udara) sehingga dapat didengar.
(Fisika, 2006 : 41).
Gelombang
bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat dan saling beradu
satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan gelombang serta
mentransmisikan energi tanpa disertai perpindahan partikel. (Fisika
Kedokteran, 1996 : 65)
1.
Sumber Bunyi
Sumber bunyi
adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara merambat melalui medium
atau zat perantara sampai ke telinga. Contoh sumber bunyi yaitu: pembakaran
minyak dalam mesin, instrumen musik, gerakan dahan pohon, lonceng, garputala,
dsb.
Syarat
terjadinya bunyi yaitu:
·
Ada sumber
bunyi yang bergetar
·
Ada zat
perantara (medium) yang merambatkan gelombang bunyi dari sumber ke telinga
·
Getaran
mempunyai frekuensi tertentu (20 Hz – 20.000 Hz)
·
Indra
pendengar dalam keadaan baik
2.
Mendeteksi
Bunyi
Untuk mendeteksi bunyi perlu
mengkonversikan gelombang bunyi bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisa
frekuensi dan intensitasnya. Untuk perubahan ini diperlukan alat mikrofon dan
telinga manusia. Alat mikrofon merupakan transduser yang memberi respon
terhadap tekanan bunyi (sound pressure0 dan menghasilkan isyarat/signal
listrik. Mikrofon yang banyak digunakan adalah mikrofon kondensor. Pemilihan
mikrofon ini sangat penting oleh karena berguna untuk mendeteksi kebisingan
lingkungan perusahaan (merupakan medan difus segala arah atau medan bebas)
disamping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan angin, cuaca oleh karena
sangat mempengaruhi pada mikrofon.
3.
Pengelompokan
Bunyi
Menurut
frekuensinya, bunyi dikelompokan menjadi:
a. Bunyi
infrasonik (0 – 20 Hz)
Infrasonik
merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga manusia, tetapi dapat di
dengar oleh jangkrik dan anjing. Frekuensi ini biasanya ditimbulkan
oleh getaran tanah, gempa bumi, getaran gunung berapi.
b. Bunyi
audiosonik (20 – 20.000 Hz)
Bunyi audio
merupakan bunyi yang dapat didengar manusia. Audiofrekuensi berhubungan dengan
nilai ambang pendengaran (rata-rata nilai ambang pendengaran 1000 Hz = 0 dB).
c. Bunyi
Ultrasonik (di atas 20.000 Hz)
Ultrasonik
merupakan bunyi yang tidak dapat didengar telinga manusia. Frekuensi
ini dalam bidang kedokteran digunakan dalam 3 hal yaitu pengobatan, destruktif
dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh karena frekuensi yang tinggi
mempunyai daya tembus jaringan cukup besar.
4.
Azaz Doppler
Efek Doppler
adalah peristiwa berubahnya frekuensi sumber bunyi yang didengar akibat
perubahan gerak antara pendengar dan sumber bunyi. Pada tahun 1800, Christian
Johann Doppler mengemukakan Efek Doppler ini berlaku secara umun pada
gelombang.
Efek Doppler ini dipergunakan untuk
mengukur bergeraknya zat cair di dalam tubuh misalnya darah. Berkas
ultrasonik/bunyi ultra uynag mengenai darah (darah bergerak menjauhi bunyi)
darah akan memantulkan bunyi ekho dan diterima oleh detektor.
B.Sifat dan Kecepatan Gelombang Bunyi
1.
Sifat Gelombang Bunyi
Gelombang
bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan, dan diserap benda. Apabila
gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka bagian dari gelombang
akan dipantulkan dan bagian lain akan diteruskan ke dalam tubuh. Penyerapan
energi bunyi ini akan mengakibatkan berkurangnya amplitudo gelombang bunyi.
Nilai
amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam rumus:
A = A-αx
|
Keterangan :
A
= amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm
Ao = amplitudo
bunyi mula-mula
α
= koefisien adsorpsi jaringan (cm-1)
x
= tebal jaringan (cm)
Dengan
mempergunakan rumus tersebut dapat menghitung nilai adsopsi jaringan terhadap
gelombang bunyi.
Berikut tabel
koefisien adsorpsi jaringan dan nilai paruh ketebalan jaringan.
Bahan
|
Frekuensi
|
Α
(cm-1)
|
nilai
paruh ketebalan jaringan (cm)
|
Otot
|
1
|
0,13
|
2,7
|
Lemak
|
0,8
|
0,05
|
6,9
|
Otak
|
1
|
0,11
|
1,2
|
Tulang
|
0,6
|
0,4
|
6,95
|
Air
|
1
|
2,5
x 10-4
|
14
x 103
|
2.
Kecepatan Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi timbul akibat
terjadi perubahan mekanik pada zat padat, zat cair dan gas yang merambat ke
depan dengan kecepatan tertentu. Gelombang bunyi ini menjalar secara
longitudinal, lain dengan cahaya yang menjalar secara transversal.
Pada suatu percobaan, apabila
terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka akan terjadi suatu peningkatan tekanan
dan penurunan tekanan pada tekanan atmosfer, peningkatan tekanan ini disebut
kompresi sedangkan penurunan tekanan disebut rarefaksi (peregangan).
Bunyi mempunyai hubungan antara frekuensi vibrasi (f)
bunyi, panjang gelombang (γ) dan kecepatan (v), secara sistematis hubungan itu
dapat dinyatakan dalam rumus.
f
=
|
Keterangan :
f = frekuensi
v = kecepatan
λ = panjang gelombang
Kecepatan bunyi
berbeda-beda dalam melewati berbagai medium. Berikut tabel perbedaannya.
Temperatur
|
Material
|
Masa
Jenis ( )
Kg/m3
|
Kecepatan
(v)
cm/s
|
Z
(=
)
Kg/m2s
|
20o
C
|
Udara
|
1,29
|
331
|
430
|
0o
C
|
CO2
|
1,98
|
258
|
430
|
0o
C
|
H2
|
8,99
x 10-2
|
1.270
|
430
|
20o
C
|
Alkohol
|
791
|
1.210
|
430
|
20o
C
|
Air
|
1.000
|
1.480
|
430
|
20o
C
|
Besi
|
7.900
|
5.130
|
430
|
37o
C
|
Darah
|
1.056
|
1.570
|
430
|
20o
C
|
Otak
|
1.020
|
1.530
|
1,56
x 106
|
20o
C
|
Otot
|
1.040
|
1.580
|
1,64
x 106
|
20o
C
|
Lemak
|
920
|
1.450
|
1,33
x 106
|
20o
C
|
Tulang
|
1.900
|
4.040
|
7,68
x 106
|
Gelombang bunyi dibawa oleh zat
padat, cair, dan gas. Pada umumnya, makin keras zat, makin cepat
gelombang bunyi merambat. Hal ini masuk akal, karena kekerasan zat menyatakan
secara tidak langsung bahwa partikel-partikel tergandeng secara kuat sehingga
lebih responsif terhadap gerak partikel lainnya.
C. Intensitas Bunyi ( I )
Intensitas
Bunyi yaitu energi yang melewati medium 1 m2/detik atau
watt/m2. Ketika mendengarkan bunyi yang terlalu keras, tentunya
telinga akan merasa sakit. Sebaliknya, bunyi yang terlalu lemah tidak akan
mampu didengar. Kenyataan ini membuktikan bahwa intensitas bunyi yang dapat
didengar manusia dengan baik berada pada batas-batas tertentu. Intensitas bunyi
yang mampu didengar manusia mempunyai intensitas 10-12 watt/m2
sampai dengan 1 watt/m2.
Intensitas
bunyi 10-12 watt/m2 adalah intensitas bunyi terendah yang
masih dapat didengar telinga manusia. Intensitas ini disebut intensitas
ambang pendengaran. Sementara itu, intensitas bunyi terbesar yang masih
dapat didengar telinga manusia tanpa menimbulkan rasa sakit adalah 1 watt/m2
dan disebut intensitas ambang perasaan.
D. Aplikasi Gelombang Bunyi dalam Bidang Kesehatan
1.
Alat Pendengaran
Telinga
merupakan alat penerima gelombang suara atau udara kemudian diubah menjadi
sinyal listrik dan diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran.
Telinga mempunyai reseptor khusus untuk mengenali getaran
bunyi dan untuk keseimbangan. Ada tiga bagian utama dari telinga manusia, yaitu
bagian telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Telinga luar berfungsi
menangkap getaran bunyi, dan telinga tengah meneruskan getaran dari telinga
luar ke telinga dalam. Reseptor yang ada pada telinga dalam akan menerima
rarigsang bunyi dan mengirimkannya berupa impuls ke otak untuk diolah.
a. Susunan
Telinga
Telinga
tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam.
1) Telinga luar
Telinga luar
terdiri dari daun telinga, saluran luar, dan membran timpani (gendang
telinga).
Daun telinga
manusia mempunyai bentuk yang khas, mendukung fungsinya sebagai penangkap dan
pengumpul getaran suara. Saluran luar yang dekat dengan lubang telinga dilengkapi
dengan rambut-rambut halus yang menjaga agar benda asing tidak masuk, dan
kelenjar lilin yang menjaga agar permukaan saluran luar dan gendang telinga
tidak kering.
Membran timpani tebalnya 0,1 mm, luas 65 mm2,
mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga tengah
2) Telinga tengah
Bagian ini
merupakan rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang.
Di dalamnya terdapat saluran Eustachio yang menghubungkan telinga tengah
dengan faring.
Suara yang masuk itu, 99% mengalami
refleksi dan hanya 0,1 % saja yang ditransmisi. Telinga tengah ini memiliki
peranan proteksi. Karena adanya tuba eustachi yang mengatur tekanan didalam
telinga, dimana eustachi berhubungan langsung dengan mulut.
3) Telinga dalam
Telinga dalam (labirin) adalah suatu struktur yang
kompleks, yang terjdiri dari 2 bagian utama:
·
koklea (organ
pendengaran)
·
kanalis
semisirkuler (organ keseimbangan).
koklea
merupakan saluran berrongga yang berbentuk seperti rumah siput, terdiri dari
cairan kental dan organ corti, yang mengandung ribuan sel-sel kecil (sel
rambut) yang memiliki rambut yang mengarah ke dalam cairan tersebut.
Getaran suara yang dihantarkan dari tulang pendengaran di
telinga tengah ke jendela oval di telinga dalam menyebabkan bergetarnya cairan
dan sel rambut. Sel rambut yang berbeda memberikan respon terhadap
frekuensi suara yang berbeda dan merubahnya menjadi gelombang saraf. Gelombang saraf ini lalu berjalan di sepanjang serat-serat
saraf pendengaran yang akan membawanya ke otak. Walaupun ada perlindungan dari
refleks akustik, tetapi suara yang gaduh bisa menyebabkan kerusakan pada sel
rambut. jika sel rambut rusak, dia tidak akan tumbuh kembali.
Jika telinga terus menerus menerima suara keras maka bisa
terjadi kerusakan sel rambut yang progresif dan berkurangnya pendengaran.
Cara Kerja Telinga
a. Getaran bunyi terkumpul di daun
telinga.
b. Getaran bunyi tersebut kemudian
masuk ke dalam lubang telinga.
c. Bila getaranbunyi tersebut mencapai
gendang telinga maka gendang tersebut ikut bergetar dan menggetarkan tulang-
tulang pendengaran demikan pula cairan di rumah siput ikut bergetar.
d. Gerakan ini mengubah energi mekanik
tersebut menjadi energi elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve,) dan
menuju ke pusat pendengaran di otak.
e. Pusat ini akan menerjemahkan energi
tersebut menjadi suara yang dapat dikenal oleh otak.
Proses
Pendengaran Manusia
a. Proses pendengaran manusia Pertama
di mulai dari daun telinga (outer Ear) yang fungsinya menangkap suara-suara di
sekitar dan memasukkan nya ke canal/ lubang telinga.
b. Proses kedua suara yang masuk
melalui lubang telinga di terima oleh gendang telinga yang berakibat
bergetarnya tiga tulang pendengaran yaitu maleus,inkus dan stapes(middle Ear).
Dan menyalurkan ke cohlea / rumah siput.
c. Proses ke tiga di dalam cohlea /
Rumah siput terdapat hear sell yang yang bergetar akibat suara dan
getarannya menghasilkan getaran listrik yang dihasilkan dari energy kinestetik.
Sehingga aliran listrik itu menjadikan sinyal yang menyalurkan ke otak, yang di
aliri oleh syaraf pendengaran, untuk selanjutnya otak yang bekerja mengartikan
semua suara-suara yang masuk tadi.
d. Gangguan pendengaran bisa terjadi
pada siapa saja dan pada semua umur , bisa sementara dan bahkan permanen.
e. Gangguan pendengaran disebabkan
karena salah satu atau lebih, bagian dari telinga tidak dapat berfungsi secara
normal.
Jenis
Gangguan Pendengaran
a. Gangguan pendengaran Konduktif
: terjadi ketika gelombang suara, terhalang masuknya dari lubang telinga dan
gendang telinga menuju ke rumah siput ( koklea ) dan Saraf Pendengaran(Auditory
Nerve).
b. Gangguan pendengaran Sensorineural/
Saraf : terjadi ketika rumah siput ( koklea) atau saraf pendengaran
fungsinya menurun .
c. Gangguan pendengaran campuran :
campuran antara gangguan pendengaran konduktif dan saraf.
Pemeriksaan
1.
Otoscopy
Pemeriksaan dengan menggunakan alat semacam teropong ini tergolong pemeriksaan awal. Fungsinya untuk melihat liang telinga, apakah ada infeksi atau kotoran telinga.
Pemeriksaan dengan menggunakan alat semacam teropong ini tergolong pemeriksaan awal. Fungsinya untuk melihat liang telinga, apakah ada infeksi atau kotoran telinga.
2. Tympanometry
Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi telinga tengah.
Pemeriksaan lanjutan ini bertujuan untuk mengetahui fungsi telinga tengah.
3. Oto Acoustic Emissions (OAE)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sel rambut pada cochlea/rumah siput. Hasilnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni pass dan refer. Pass berarti tidak ada masalah, sedangkan refer artinya ada gangguan pendengaran hingga harus dilakukan pemeriksaan berikut.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui fungsi sel rambut pada cochlea/rumah siput. Hasilnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni pass dan refer. Pass berarti tidak ada masalah, sedangkan refer artinya ada gangguan pendengaran hingga harus dilakukan pemeriksaan berikut.
4. Auditory Brainstem Response (ABR)
Cara pemeriksaannya hampir sama dengan OAE. berfungsi sebagai screening, juga dengan 2 kategori, yakni pass dan refer. Hanya saja alat ini cuma mampu mendeteksi ambang suara hingga 40 dB.
Cara pemeriksaannya hampir sama dengan OAE. berfungsi sebagai screening, juga dengan 2 kategori, yakni pass dan refer. Hanya saja alat ini cuma mampu mendeteksi ambang suara hingga 40 dB.
5. Conditioned Oriented Responses
(CORs)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada bayi usia 9 bulan sampai 2,5 tahun untuk mengetahui perkiraan ambang dengar anak. Caranya, gunakan alat yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian dan biarkan anak mencari sumber bunyi tersebut.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada bayi usia 9 bulan sampai 2,5 tahun untuk mengetahui perkiraan ambang dengar anak. Caranya, gunakan alat yang dapat mengeluarkan bunyi-bunyian dan biarkan anak mencari sumber bunyi tersebut.
6. Visual Reinforced Audiometry
(VRA)
Pemeriksaan yang hampir sama dengan CORs ini juga berfungsi untuk mengetahui ambang dengar anak. Tergolong pemeriksaan subjektif karena membutuhkan respons anak. Namun pada tes ini selain diberikan bunyi-bunyi, alat yang digunakan juga harus dapat menghasilkan gambar sebagai reward bila anak berhasil memberi jawaban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil bermain.
Pemeriksaan yang hampir sama dengan CORs ini juga berfungsi untuk mengetahui ambang dengar anak. Tergolong pemeriksaan subjektif karena membutuhkan respons anak. Namun pada tes ini selain diberikan bunyi-bunyi, alat yang digunakan juga harus dapat menghasilkan gambar sebagai reward bila anak berhasil memberi jawaban. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sambil bermain.
7. Play Audiometry
Pemeriksaan yang juga berfungsi mengetahui ambang dengar anak ini dapat dilakukan pada anak usia 2,5-4 tahun. Caranya? Menggunakan audiometer yang menghasilkan bunyi dengan frekuensi dan intensitas berbeda. Bila anak mendengar bunyi itu berarti sebagai pertanda anak mulai bermain misalnya harus memasukkan benda ke kotak di hadapannya atau bermain pasel.
Pemeriksaan yang juga berfungsi mengetahui ambang dengar anak ini dapat dilakukan pada anak usia 2,5-4 tahun. Caranya? Menggunakan audiometer yang menghasilkan bunyi dengan frekuensi dan intensitas berbeda. Bila anak mendengar bunyi itu berarti sebagai pertanda anak mulai bermain misalnya harus memasukkan benda ke kotak di hadapannya atau bermain pasel.
8. Conventional Audiometry
Pemeriksaan ini dapat dilakukan anak usia 4 tahun sampai remaja. Fungsinya untuk mengetahui ambang dengar anak. Caranya dengan menggunakan alat audiometer yang mampu mengeluarkan beragam suara, masing-masing dengan intensitas dan frekuensi yang berbeda-beda. Tugas si anak adalah menekan tombol atau mengangkat tangan bila mendengar suara.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan anak usia 4 tahun sampai remaja. Fungsinya untuk mengetahui ambang dengar anak. Caranya dengan menggunakan alat audiometer yang mampu mengeluarkan beragam suara, masing-masing dengan intensitas dan frekuensi yang berbeda-beda. Tugas si anak adalah menekan tombol atau mengangkat tangan bila mendengar suara.
9.Brainstem Evoked Response
Audiometry (BERA)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua usia. Fungsinya, untuk mengetahui respons ambang dengar seseorang. Pemeriksaan yang tergolong objektif ini mengharuskan anak dalam keadaan tidur, hingga anak harus dikondisikan tidur lebih dulu.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada semua usia. Fungsinya, untuk mengetahui respons ambang dengar seseorang. Pemeriksaan yang tergolong objektif ini mengharuskan anak dalam keadaan tidur, hingga anak harus dikondisikan tidur lebih dulu.
10.Tes
suara berbisik
Telinga normal dapat mendengar suara
berbisik dengan nada rendah. Misalnya suara konsonan dan palatal pada jarak
5-10 meter. Suara berbisik dengan nada tinggi misalnya suura desis pada jarak
20 meter.
11.Tes Weber
Garputala di getarkan kemudian
diletakkan pada dahi atau puncak dahi. Pada penderita tuli kunduktif akan
terdengar baik terang atau baik pada telinga yang sakit. Pada penderita tuli
persepsi, getaran garpu tala terdengar terang pada telinga normal.
12.Tes Rinne
Tes ini membandinkan antara konduksi
tulang dan udara. Garputala digetarkan kemudian diletakkan pada prosesus
mastoid setelah tidak mendengar getaran lagi garputala dipindahkan di depan
liang telinga, tanyakan penderita apakah masih mendengarnya.
·
Normal
: konduksi udara 85-90 detik. Konduksi melalui tulang 45 detik.
·
Tes
rinne positif : pendengaran penderita baik juga pada penderita tulipersepsi.
·
Tes
rinne negative : pada penderita tuli konduksi diman jarak waktu konduksi tulang
mungkin sama atau bahkan lebih panjang.
13.Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu
konduksi tulang melalui vertex atau prosesus mastoid penderita dengan konduksi
tulang si pemeriksa.
·
Pada
tuli konduksi : konduksi tulang penderita lebih panjang daii pada si pemeriksa
·
Pada
tuli persepsi : konduksi tulang sangat pendek.
Spesialisasi Dalam
Pendengaran/Telinga
Didalam bidang kedokteran dibagi
dalam masing – masing bagian sesuai dengan keahlian:
- Otologist
: seorang dokter yang ahli dalam bidang telinga dan pendengaran.
- Otolaryngologist
: seorang dokter yang ahli dalam bidang penyakit telinga dan operasi
Telinga.
- ENT
specialist : dokter ahli THT yaitu seorang dokter yang ahli dalam hal
telinga, hidung dan tenggorokan.
- Audiologist
: Seseorang yang bukan dokter, tetapi ahli dalam mengukur respon pendengaran,
diagnosis kelainan pendengaran melalui test pendengaran, rehabilitasi yang
berkaitan dengan hilangnya pendengar.
2.
Ultrasonik dalam Bidang Medis
Bunyi
ultrasonik dihasilkan oleh magnet listrik dan kristal plezo elektrik dengan frekuensi
diatas 20.000 Hz.
Magnet listrik adalah batang feromagnet dilingkari kawat
kemudian dialiri listrik yang dan menghasilkan ultrasonik.
Piezo elektrik
Kristal piezo electric ditemukan
oleh Piere Curie dan Jacques pada tahun sekitar 1880; tebal kristal 2, 85 mm.
apabila kristal piezo electric dialiri tegangan listrik maka lempengan kristal
akan mengalami vibrasi sehingga timbul frekuensi ultra; demikian pula vibrasi
kristal akan menimbulkan listrik. Berdasarkan sifat itu maka kristal electric dipakai
sebagai transduser pada ultrasonografi (USG).
a. Prinsip dan Efek Penggunaan Ultrasonik
Efek Doppler merupakan dasar
penggunaan ultrasonik yaitu terjadi perubahan frekuensi akibat adanya
pergerakan pendengar atau sebaliknya; dan getaran bunyi yang dikirim ke tempat
tertentui (ke objek) akan direfleksi oleh objek itu sendiri.
Efek gelombang
ultrasonik :
1) Mekanik
Efek secara mekanik yaitu membentuk
emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa benda padat, dipakai untuk
menentukan lokasi batu empedu.
2) Panas
Nelson Heerich dan Krusen,
menunjukkan bahwa sebagian ultrasonik mengalami refleksi pada titik yang
bersangkutan, sedangkan sebagian lagi pada titik tersebut mengalami perubahan
panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan rongga dengan intensitas yang
tinggi.
3) Kimia
Gelombang ultrasonik menyebabkan
proses oksidasi dan terjadi hidrolisis pada ikatan polyester.
4) Efek biologis
Efek yang ditimbulkan ultrasonik
ini merupakan gabungan dari berbagai efek misalnya akibat pemanasan menimbulkan
pelebaran pembuluh darah. Selain itu ultrasonik menyebabkan peningkatan
permeabilitas membran sel dan kapiler serta merangsang aktifitas sel. Sesuai
hukum Van’t Hoff (menimbulkan panas) otot mengalami paralyse dan sel-sel
hancur; bakteri, virus dapat mengalami kehancuran. Selain itu menyebabkan
keletihan pada tubuh manusia apabila daya ultrasonik ditingkatkan.
b. Frekuensi Dan Daya Ultrasonik
1) Untuk
diagnostik: f = 1-5 MHz,daya = 0,01 W/cm2
2) Untuk
pengobatan: daya sampai 1 W/cm2
3) Untuk merusak
sel-sel/jaringan kanker: daya 103 W/cm2
c. Ultrasonik
Sebagai Pelengkap Diagnosis
Berkaitan dengan efek yang
ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat gelombang bunyi ultra maka gelombang
ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis dan pengobatan.
1) CRT (Ossiloskop)
Kristal piezo electric yang
bertindak sebagai transduser mengirim gelombang ultrasonik mencapai pada
dinding berlawanan, kemudian gelombang bunyi dipantulkan dan diterima oleh
transduser tersebut pula. Transduser yang menerima gelombang balik akan
diteruskan ke amplifier berupa gelombang listrik kemudian gelombang tersebut ditangkap
oleh CRT (ossiloskop).
Bunyi yang dihasilkan oleh piezo
electric melalui transduser akan dipantulkan dan diterima oleh transduser.
Gerakan transduser mula-mula akan menghasilkan echo dapat dilihat adanya dot
(dot ini disimpan pada CRT) kemudian transduser digerakkan kearah lain
menghasilkan echo pula sehingga kemudian tercipta suatu gambaran dua dimensi.
2) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
dan USG (Ultrasonography)
MRI adalah salah satu cara
pemotretan organ tubuh menggunakan resonansi magnetis. Sistem kerjanya adalah
pasien berbaring dalam sebuah tabung. Kemudian gelombang bunyi ultrasonik
ditembakkan ke tubuhnya. Gema dari gelombang bunyi itu akan mencitrakan gambar
tubuh bagian dalam pasien.
Gelombang ultrasonik juga dapat
mendeteksi keadaan bayi dalam kandungan, yang dikenal dengan sebutan USG.
Pada dasarnya, prinsip kerja dari
MRI dan USG adalah sama. Sebuah pulsa singkat dari bunyi ultra dipancarkan oleh
sebuah transduser. transduser adalah sebuah alat yang dapat mengubah pulsa
listrik menjadi pulsa bunyi. Sebagian dari pulsa dipantulkan pada berbagai
permukaan dalam tubuh, dan sebagian besar akan diteruskan. Transduser yang sama
digunakan juga untuk mendeteksi pulsa listrik. Pilsa-pulsa ini dapat
diperlihatkan pada layar monitor.
Penggunaan citra bunyi ini
merupakan kemajuan yang sangat penting dalam bidang medis. Penggunaan bunyi
ultra, dalam banyak kasus, telah menggantikan prosedur lain yang berbahaya,
seperti penggunaan sinar X. Tidak ada bukti efek yang berbahaya dari penggunaan
bunyi ultra ini, sehingga sering dikenal dengan pengujian yang tidak merusak (non
destructive testing).
d. Hal-Hal
Yang Didiagnosis Dengan Ultrasonik
Ultrasonik dapat dipergunakan untuk
beberapa diagnosis, diantaranya:
a.
Mendiagnosis tumor otak (echo
encephalo graphy), memberi informasi tentang penyakit-penyakit mata, daerah /
lokasi yang dalam dari bola mata, menentukan apakah cornea atau lensa yang
opaque atau ada tumor-tumor retina.
b.
Untuk memperoleh informasi struktur
dalam dari tubuh manusia. Misalnya hati, lambung, usus, mata, mamma, jantung
janin.
c.
Untuk mendeteksi kehamilan sekitar
6 minggu, kelainan dari uterus/ kandung peranakan dan kasus-kasus perdarahan
yang abnormal serta treatened abortus (abortus yang sdang berlangsung).
d.
Memberi informasi tentang jantung,
valvula jantung, pericardial effusion (timbunan zat cair dalam kantong
jantung).
e. Penggunaan
Ultrasonik Dalam Pengobatan
Sebagaimana telah diketahui bahwa
ultrasonik mempunyai efek kimia dan biologi maka ultrasonik dapat dipergunakan
dalam pengobatan. Ultrasonik memberi efek kenaikan temperature dan peningkatan
tekanan; efek ini timbul karena jaringan mengabsorpsi energi bunyi dengan
demikian ultrasonik dipakai sebagai diatermi/ pemanasan lokal pada otot yang
cedera.
Selain itu ultrasonik dapat dipakai
untuk menghancurkan jaringan ganas (kanker). Sel-sel ganas akan hancur pada
beberapa bagian sedangkan di daerah lain kadang-kadang menunjukkan rangsangan
pertumbuhan ; masih diselidiki lebih lanjut.
Pada penderita Parkinson,
penggunaan ultrasonik dalam pengobatan sangat berhasil namun sangat disayangkan
untuk memfokuskan bunyi kearah otak sangat sulit. Sedangkan pada penyakit
meniere dimana keadaan penderita kehilangan pendengaran dan keseimbangan,
apabila diobati dengan ultrasonik dikatakan 95 % berhasil baik, ultrasonik
menghansurkan jaringan dekat telinga tengah.
E. Kebisingan
Bising ialah
bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan aktivitas alam (bicara, pidato)
maupun buatan (bunyi mesin) dan dapat menggangu kesehatan, kenyamanan serta
dapat menimbulkan ketulian yang bersifat relatif. Alat ukur kebisingan adalah
sound level meter.
1.
Pembagian
Kebisingan
Berdasarkan
frekuensi, tingkat tekanan, tingkat bunyi dan tenaga bunyi, maka bising dibagi
dalam 3 katagori :
a. Audible noise (bising pendengaran)
Bising ini
disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 – 8.000 Hz
b. Occupational
noise ( bising yang
berhubungan dengan pekerjaan)
Bising ini
disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin ketik.
c. Impuls noise (impact
noise = bising impulsif)
Bising yang terjadi akibat adanya
bunyi yang menyentak, misalnya pukulan palu, ledakan meriam, tembakan dan
lain – lain
Berdasarkan waktu terjadinya, maka
bising dibagi dalam beberapa jenis :
a.
Bising
kontinyu dengan spektrum luas, misalnya karena mesin, kipas angin
b.
Bising
kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji, penutup gas
c.
Bising
terputus – putus, misalnya lalu lintas, bunyi kapal terbang di udara
d.
Bising sehari penuh (full noise
time)
e.
Bising setengah hari (part time
noise)
f.
Bising terus – menerus (steady
noise)
g.
Bising impulsive (impuls noise)
ataupun bising sesaat
(letupan)
2.
Pengaruh
Bising pada Kesehatan
a. Hilangya
pendengran sementara
b. Kebal atau imun terhadap bising
c. Telinga
berdengung
d. Kehilangan
pendengaran menetap, biasanya dimulaidari frekuensi 4000 Hz
3.
Daftar Skala
Intensitas Kebisingan
Tingkat
kebisingan
|
Intensitas
(dB)
|
Batas
dengar tertinggi
|
Menulikan
|
100-120
|
Halilintar
Meriam
Mesin uap
|
Sangat hiruk
pikuk
|
80-90
|
Jalan hiruk
pikuk
Perusahaan
sangat gaduh
Pluit polisi
|
Kuat
|
60-70
|
Kantor gaduh
Jalan pada
umumnya
Radio
Perusahaan
|
Sedang
|
40-50
|
Rumah gaduh
Kantor
umunya
Percakapan
kuat
Radio perlahan
|
Tenang
|
20-30
|
Rumah tenag
Kantoer
perorangan
Auditorium
Percakapan
|
Sangat tenang
|
0-10
|
Bunyi daun
Berbisik
Batas dengar
terendah
|
4. Pencegahan Ketulian dari Proses Bising
Prinsip
pencegahan ketulian dari proses bising adalah menjauhi dari sumber bising.
Untuk tujuan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Memberikan
pelumas dan peredam pada mesin yang menghasilkan bising
b. Menggunakan
tembok pemisah antara sumber bising dengan tempat kerja.
c. Menggunakan
pelindung telinga
F.Suara
Suara
dihasilkan oleh getaran suatu benda. Selama bergetar, perbedaan tekanan terjadi
di udara sekitarnya. Peningkatan tekanan disebut kompresi, sedangkan penurunannya
disebut rarefaction. Suara adalah fenomena fisik yang dihasilkan
oleh getaran benda, getaran suatu benda yang berupa sinyal analog dengan
amplitudo yang berubah secara kontinyu terhadap waktu. Pada hakekatnya suara
dan bunyi adalah sama. Hanya saja kata “suara” dipakai untuk makhluk hidup,
sedangkan bunyi dipakai untuk benda mati.
a. Aliran udara yang dihasilkan
dorongan otot paru-paru bersifat konstan. Ketika pita suara dalam keadaan
berkontraksi, aliran udara yang lewat membuatnya bergetar.
b. Aliran udara tersebut
dipotong-potong oleh gerakan pita suara menjadi sinyal pulsa yang kemudian
mengalami modulasi frekuensi ketika melewati pharynx, rongga mulut
ataupun pada rongga hidung. Sinyal suara yang dihasilkan pada proses ini
dinamakan sinyal voiced sound.
c. Suara bicara normal merupakan hasil
dari modulasi udara yang keluar dari dalam tubuh.
d. Beberapa bunyi ayang dihasilkan
melalui mulut tanpa menggunakan pita suara disebut Unvoiced sound,
merupakan aliran udara melalui penciutan/konstriksi yang dibentuk oleh lidah,
gigi, bibir dan langit-langit. Misalnya p, t, k, s, dan ch, secara perinci:
e. p, t, dan k suara/bunyi letupan
(plosive sound)
f. S, f, dan ch suara/bunyi frikatif
(fricative sound)
Proses
produksi suara pada manusia dapat dibagi menjadi tiga buah proses
fisiologis, yaitu :
o
pembentukan
aliran udara dari paru-paru,
o
perubahan
aliran udara dari paru-paru menjadi suara, baik voiced, maupun unvoiced
yang dikenal dengan istilah phonation, dan artikulasi yaitu proses
modulasi/ pengaturan suara menjadi bunyi yang spesifik.
o
Organ
tubuh yang terlibat pada proses produksi suara adalah : paru-paru, tenggorokan
(trachea), laring (larynx), faring (pharynx), pita suara (vocal
cord), rongga mulut (oral cavity), rongga hidung (nasal cavity),
lidah (tongue), dan bibir (lips).
PEMBENTUKAN
SUARA (FONASI)
• Pada pembentukan suara vokal, pita
suara tertarik saling mendekat oleh otot, udara di paru dihembuskan, tekanan
dibawah pita suara meningkat dan pita suara yang tertutup dipaksa membuka.
• Terjadi aliran cepat udara ke atas
yang menyebabkan penurunan tekanan di antara pita, menyebabkan pita suara
bergerak bersama, menghambat keluarnya udara secara parsial.
• Rongga mulut berubah bentuk akibat
garakan lidah, rahang bawah, palatum lunak, dan pipi untuk menentukan suara
yang diucapkan.
• Kadang-kadang hilangnya suara,
gangguan bicara, atau rasa sakit timbul akibat obstruksi di pita suara.
• Hal tersebut perlu dilakukan
pemeriksaan, salah satu metode yang digunakan adalah laringoskopi.
• Metode lain juga yang digunakan
adalah MRI, USG, dan berbagai prosedur radiologis misalnya sinar-X, CT-scan,
dan sebagainya.
Frekuensi
dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa dan tegangan dari
pita suara.
• Laki-laki mempunyai frekuensi suara
125 Hz.
• Wanita mempunyai frekuansi
suara 250 Hz.
• Suara berhubungan erat dengan rasa
“mendengar”.
Pada
sistem pengenalan suara oleh manusia terdapat tiga organ penting yang saling
berhubungan yaitu :
• telinga yang berperan sebagai
transduser dengan menerima sinyal masukan suara dan mengubahnya menjadi sinyal
syaraf,
• jaringan syaraf yang berfungsi
mentransmisikan sinyal ke otak,
• dan otak yang akan mengklasifikasi
dan mengidentifikasi informasi yang terkandung dalam sinyal masukan.
G.Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan
oleh getaran udara atau getaran mekanis lainnya.Dibedakan menjadi:
·
Vibrasi karena getaran udara yang
pengaruhnya pada akustik
·
Vibrasi karena getaran mekanis
mengakibatkan timbulnya resonansi/ turut bergetarnya alat-alat tubuh dan
pengaruh terhadap alat alat tubuh.
1.Penjalaran
Vibrasi Udara dan Efek yang Timbul
Vibrasi
udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara akan mencapai
telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan terjadi gangguan penguatan
pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan terjadi gangguan
vestibuler yaitu gangguan orientasi,kehilangan keseimbangan dan mual-mual. Akan
timbul nyeri telinga,nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.
2.Penjalaran
Vibrasi Mekanik dan Efek yang Timbul
Penjalaran
vibrasi mekanik melalui sentuhan atau kontak dengan permukaan benda yang
bergerak,sentuhan ini melalui daerah yang terlokalisasi (tool-hand vibration)
atau mengenai seliruh tubuh (whole body vibration). Bentuk tool hand vibration
merupakan bentuk yang terlazim dalam proses pekerjaan.
Efek vibrasi
terhadap tubuh tergantung besar kecilnya frekuensi yang mengenai tubuh. Pada
frekuensi :
·
3-9 Hz : akan timbul resonansi pada
dada dan perut
·
6-10 Hz :dengan intensitas 0.6 g
tekanan darah,denyut jantung,pemakaian O2 dan volume perdenyut sedikit berubah.
Pada intensitas 1.2 g terlihat banyak perubahan system peredaran darah.
·
10 Hz :
leher,kepala,pinggul,kesatuan otot dan tulang akan beresonansi.
·
Tenggorokan akan mengalami
resonansi.
Pada frekuensi kurang dari 20
Hz,tonus otot akan meningkat, akibat kontraksi statis ini otot menjadi
lemah,rasa tidak enak dan kurang ada perhatian. Pada frekuensi diatas 20 Hz
otot-otot menjadi kendor dan frekuensi 30-50 Hz digunakan dalam kedokteran
olahraga untuk memulihkan otot-otot sesudah kontraksi luar biasa.
Efek
vibrasi terhadap tangan :
• Getaran
dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan berupa :
• Kelainan
pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kealinan ini mirip dengan
phenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan,pada saat
anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepid an tanpa
kelainan- kelainan gizi. Phenomena Reynaud ini terjadi pada frekunsi sekitar
30-40 Hz.
• Kerusakan-kerusakan
pada persendian tulang
Sikap
Tubuh Terhadap Getaran Mekanis
Badan merupakan susunan elastic
yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong alat-alat dan landasan kekuatan
serta kerja oto. Kerangka,alat-alat,urat danotot memiliki sifat elastic yang
bekerja secara serentak sebagai peredam dan penghantar getaran.
Pengaruh getaran terhadap tubuh
ditentukan sekali oleh posisi tubuh atau sikap tubuh. Pada tungkailurus akan
mengahanta 100% getaran ke dalam badan, sedangkan dalam posisi duduk tungkai
akan berlaku sebagai peredam.
Mencegah
getaran mekanis :
• Getaran
suatu benda dapat dihindari dengan meletakkan bahan peredam dibawah benda yang
bergetar. Bhan peredam sebaiknya sekitar 1 Hz.
• Selain itu tempat duduk atau alas kaki diletakkan
bahan peredam. Tebal tempat duduk dan alas kaki sangat menentukan besar
redaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gelombang
bunyi merupakan vibrasi atau gerakan dari molekul-molekul zat dan saling beradu
satu sama lain dimana zat tersebut terkoordinasi menghasikan gelombang yang
merambat melalui medium padat, cair, dan udara.
Berkaitan dengan efek yang
ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat gelombang bunyi ultra maka gelombang
ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis dan pengobatan.
Bioakustik
dalam keperawatan banyak manfaatnya baik untuk diagnosis suatu penyakit maupun
dalam pengobatan. Kebisingan merupakan penyakit akibat kerja yang mana dapat
merugikan kesehatan yang berdampak pada gangguan pendengaran dan bila pemaparan
dalam waktu yang lama akan menyebabkan ketulian. Pada dasarnya pengendalian
kebisingan dapat dilakukan terhadap sumbernya, perjalanannya dan penerimanya.
Langkah terakhir adalah penggunaan alat pelindung pendengaran.
B.Saran
§
Pentingnya
penerapan gelombang bunyi dalam kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan
mahasiswa lebih mendalami pemahaman tentang bioakustik terutama dalam
keperawatan.
§ Aplikasi
gelombang bunyi dalam bidang kesehatan diharapkan terus dipelajari mahasiswa
keperawatan.
§
Telinga sebagai alat pendengaran
penting untuk dijaga dari berbagai pengaruh kebisingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar