Minggu, 09 Juni 2013

PSIKOLOGI - EMOSI DAN STRESS ADAPTASI

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan  fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai keadaan dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat banyaknya warga masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes , 2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan modern  dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena merupakan bagian dari kehidupan.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.    Apakah yang disebut emosi ?
2.    Apakah yang dimaksud stress ?
3.    Apakah yang dimaksud adaptasi ?

C.  Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka dalam makalah ini kami hanya membatasi seputar masalah emosi, stress, dan adaptasi.

D.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.    Mengetahui pengertian emosi, komponen emosi, afek dan emosi, serta sakit mental karena gangguan emosi.
2.    Mengetahui pengertian stress, penggolongan stress, kemampuan individu menahan stress, sumber stress psikologis, tahapan stress, reaksi-reaksi terhadap stress, dan cara mengendalikan stress.
3.    Mengetahui pengertian adaptasi dan dimensi adaptasi.

E.   Manfaat Penulisan
1.    Sebagai bahan pembelajaran dalam mata kuliah Psikologi Keperawatan.
2.    Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang akan melakukan penyusunan makalah dengan topik yang sama.




BAB II
PEMBAHASAN
A.  Emosi
Emosi adalah “Manifestasi perasaan atau afek keluar dan disertai banyak komponen fisiologik, dan biasanya berlangsung tidak lama”(Maramis, 1990). Sedangkan menurut Bimo Walgito, 1989 emosi adalah suatu keadaan perasaan yang telah melampaui batas sehingga untuk mengadakan hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu. Bisa perasaan marah, takut, sedih, senang, benci cinta, antusias, bosan dan lain-lain sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi pada kita.
Jadi, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian, misalnya ketakutan pada gejala kejasmanian yang tampak adalah muka pucat dan jantung berdebar-debar.
1.    Komponen Emosi
Menurut Atkinson R.L., dkk, komponen emosi terdiri dari :
a.    Respon atau reaksi tubuh internal, terutama yang melibatkan sistem otomatik, misalnya bila marah suara menjadi tinggi dan gemetar.
b.    Keyakinan atau penilaian kognitif bahwa telah terjadi keadaan positif atau negatif, misalnya kegembiraan saat diterima disalah satu Perguruan Tinggi ternama.
c.    Ekspresi wajah, apabila merasa benci pada seseorang, mungkin akan mengerutkan dahi atau kelopak mata menutup sedikit.
d.    Reaksi terhadap emosi, misalnya marah-marah menjadi agresi atau gembira hinggah meneteskan air mata

2.    Afek dan Emosi
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Biasanya afek disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan pernapasan bisa cepat atu menjadi lemah. Dan emosi merupakan gejala kejiwaan yang berhubungan dengan gejala kejasmanian itu. Contohnya, orang yang sedang marah akan mengambil, melempar, dan membanting benda dari sekitarnya, disertai dengan muka merah, tekanan darah meningkat, dan tubuhnya gemetar.
Afek dan emosi biasanya dipakai secara bergantian, dengan aspek-aspek yang lain pada manusia (proses berpikir, psikomotor, persepsi, ingatan) saling memengaruhi dan menentukan tingkat fungsi manusia itu pada suatu waktu.
Jenis gangguan afek dan emosi yaitu :
a.    Defresi atau melankolis
·      Ciri-ciri psikologik misalnya, sedih, susah, murung, rasa tak berguna, kehilangan, gagal, putus asa, dan penyesalan yang patologis.
·      Ciri-ciri somatik, misalnya anoreksia, konstipasi, dan kulit menjadi  lembab atau dingin.
b.    Kecemasan (ansietas)
·      Ciri-ciri psikologik, misalnya khawatir, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, dan lekas terkejut.
·      Ciri-ciri somatik, misalnya debaran jantung yang cepat atau keras (palpitasi), keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi, dan peristaltik bertambah.


3.    Sakit mental karena gangguan emosi
Biasanya sakit mental karena gangguan emosi terkait dengan neurosis, yaitu kesalahan penyesuaian diri secara emosional karena tidak dapat diselesaikannya suatu konflik tak sadar. Sakit mental karena gangguan emosi antara lain :
a.    Neurosis cemas, yaitu kecemasan akan memobilisasi daya pertahanan individu yang tidak ada kaitannya dengan keadaan atau benda, tetapi mengambang bebas.
Gejalanya :
·  Faktor somatik, misalnya nepas sesak, linu, lekas capek, dada tertekan, keringat dingin, dan palpitasi.
·  Faktor psikologik, misalnya perasaan was-was, khawatir, dan bicara cepat terputus-putus.
b.    Neurosis histerik, yaitu fungsi mental dan jasmani hilang tanpa dikehendaki. Gejalanya : kejang – kejang, anestesia, analgesia, tuli, buta, dan stupor.
c.    Neurosis fobik, yaitu adanya perasaan takut yang berlebihan terhadap benda dan keadaan, yang oleh individu disadari bukan sebagai ancaman.
d.    Neurosis depresi, yaitu gangguan perasaan dengan ciri-ciri semangat semakin berkurang, rasa harga diri rendah, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan makan. Biasanya hal ini berakar pada rasa salah yang tidak disadari.

B.   Stress
Dewasa ini perubahan tata nilai kehidupan (perubahan psikososial) berjalan begitu cepat karena pengaruh globalisasi, modernisasi, informasi, industrialisasi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal tersebut berpengaruh terhadap pola hidup, moral, dan etika. Beberapa contoh perubahan pola hidup, misalnya pola hidup sosial religius berubah individualistis, materialistis, dan sekuler, pola hidup produktif ke pola hidup konsumtif dan mewah serta ambisi karier yang menganut asas moral dan etika hukum.
Perubahan psikososial dapat merupakan tekanan mental (stressor psikososial) sehingga bagi sebagian individu dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya
1.    Pengertian stress
·      Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
·      “Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan daqlam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan. 1987)
·      “Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)
·      “Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)
Jadi, secara umum yang dimaksud stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, dan  ketegangan emosi.
2.    Penggolongan stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a.    Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.    Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.
c.    Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d.    Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.    Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f.     Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.    Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2.    Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

Stress dipengaruhi oleh faktor biologis dan faktor psikoedukatif/sosio kultural. Faktor frisiologis berupa herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik, neurofsilogik, dan neurohormonal. Sedangkan faktor psikoedukatif/sosio kultural berupa perkembangan kepribadian, dan kondisi lain yang memengaruhinya.

3.    Kemampuan individu menahan stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya, dan umum.  Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.    Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut :


·      Cita-citanya tinggi (ambisius)
·      Agresif
·      Suka bersaing yang kurang sehat
·      Banyak jabatan rangkap
·      Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar
·      Terlalu percaya diri (over confident)
·      Self kontrol kuat
·      Terlalu waspada
·      Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
·      Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
·      Cakap dalam memimpim (leader)
·      Tipe kepemimpinan otoriter
·      Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
·      Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
·      Disiplin waktu yang ketat
·      Kurang rileks dan serba terburu-buru
·      Kurang atau bahkan tidak ramah
·      Tidak mudah bergaul
·      Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
·      Sulit dipengaruhi
·      Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
·      Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
·      Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali


b.    Tipe yang kebal (immune)
Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :
·      Cita-cita atau ambisinya wajar
·      Berkompetensi secara sehat
·      Tidak agresif
·      Tidak memaksakan diri
·      Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar, dan tenang
·       Kewaspadaan wajar
·      Self control wajar
·      Self confident wajar
·      Cara bicara tenang
·      Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
·      Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
·      Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
·      Mudah bekerja sama (kooperatif)
·      Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
·      Bersikap ramah
·      Mudah bergaul
·      Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
·      Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
·      Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
·      Mampu menahan dan mengendalikan diri

4.    Sumber stress psikologis
Menurut Maramis (1999), ada empat sumber atau penyebab stress psikologis, sebagai berikut :
a.    Frustasi
Timbul akibat kegagalan dalam mencapai tujuan karena ada aral melintang. Frustasi ada yang bersifat instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan ekonomi, perselingkuhan, pengangguran, dan lain-lain).
b.    Konflik
Hal ini ditimbulkan karena tidak bisa memilih antara dua atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan.
c.    Tekanan
Timbul sebagai akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu maupun dari luar diri individu.
d.    Krisis
Krisis adalah keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stress pada individu. Keadaan stress dapat terjadi oleh beberapa sebab sekaligus, misalnya frustasi, konflik dan tekanan.

5.    Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a.    Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b.    Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak  nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.    Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.    Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.    Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f.     Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.
6.    Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh maupun terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a.    Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b.    Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.    Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).

d.    Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali  menjadi pelupa dan mengeluh sakit kepala pusing.
e.    Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f.     Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.    Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.
h.    Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru mengalami spasme.
i.      Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j.      Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k.    Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress  faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l.      Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.  Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).
Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a.    Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan. Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b.    Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c.    Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih yang berkepanjangan.
7.    Cara mengendalikan stress
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a.    Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari Tuhan.
b.    Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau bertumpuk-tumpuk dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya.
c.    Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka.  Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d.    Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang teratur serta istirahat dengan cukup.
e.    Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga, dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f.     Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu lama.
g.    Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang positif.
h.    Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan fisik akan lebih siap menghadapi stres.
i.      Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan yang baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.
j.      Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k.    Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih menyenangkan.
l.      Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m.  Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang positif.
n.    Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o.    Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia).

C.  Adaptasi
Ada beberapa pengertian tentang mekanisme penyesuaian diri, antara lain :
a.    Menurut Soeharto Heerdjan (1987),”Penyesuaian diri adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
b.    “Penyesuaian diri adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)”(W.A.Gerungan , 1996).
Jadi, adaptasi adalah suatu perubahan yang menyertai individu dalam merespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat memengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif.
1.    Dimensi adaptasi
Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a.    Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Contoh :
·      Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
·      Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar.


b.    Adaptasi psikologis
Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :
·      Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah
·      Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
·      Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress.
c.    Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
d.    Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).



e.    Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.





BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan

Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian.
Sedangkan stress  yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.





DAFTAR PUSTAKA

·      Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
·      Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC



1 komentar: